Disqus Shortname

Minggu, 05 November 2017

November 05, 2017
MAKALAH SPI
SEJARAH DAN PERKEMBANGAN ISLAM
DI SPANYOL



OLEH :
KELOMPOK 2
         Asma Dwi Putr           : 11170510000022
               Sefi Rafiani            : 11170510000067
                     Hafidza            : 11170510000088


JURNALISTIK 1A
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2017
Kata pengantar
            Segala puji bagi Allah SWT. Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Sholawat serta salam semoga terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW., juga kepada keluarganya, para sahabatnya dan para tabi’in tabi’at semuanya.
            Dengan rasa syukur Alhamdulillah Kami telah dapat menyelesaikan tugas makalah dengan judul “Sejarah dan Perkembangan Islam di Spanyol”  pada mata kuliah Sejarah Peradaban Islam, walau masih banyak kekurangan, kritik dan saran sangat kami harapkan agar dalam pembuatan makalah selanjutnya dapat lebih baik lagi.
            Makalah ini meliputi sejarah masuknya islam, perkembangan pemerintahan, kemajuan yang dicapai, pusat-pusat peradaban, serta proses runtuhnya kekuasaan islam di spanyol. Makalah ini disusun dan dibuat berdasarkan materi-materi yang ada serta berbagai rujukan baik dari buku maupun dari internet. Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat dan berguna bagi para pembaca.


Ciputat, 18 Oktober 2017
                                                                                                                                       Penyusun


DAFTAR ISI

Kata Pengantar................................................................................................. i
Daftar Isi.......................................................................................................... ii

BAB I : PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang............................................................................................. 1
B.  Rumusan Masalah........................................................................................ 2
C.  Tujuan.......................................................................................................... 3

BAB II : PEMBAHASAN
A.  Masuknya Islam di Spanyol......................................................................... 4
B.  Perkembangan Islam di Spanyol.................................................................. 7
C.  Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan kebudayaan Islam di Spanyol................ 9
D.  Pusat-Pusat Peradaban Pada Masa Islam di Spanyol.................................. 12
E.   PengaruhPeradaban Islam Spanyol di Eropa............................................... 14
F.   Kemunduran Islam dan Runtuhnya Peradaban di Spanyol......................... 15

BAB III : PENUTUP
A.    Kesimpulan.................................................................................................. 21

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 22

BAB I
PENDAHULUAN

A.      LATAR BELAKANG
Spanyol atau biasa dikenal dengan nama Andalusia, adalah sebuah provinsi yang beribukota di Cordova pada masa pemerintahan Bani Umayyah di Barat [756-1031 M]. Islam pada masa ini telah menjadi dokumen sejarah tersendiri bagi perjalanan masa-masa keemasan Islam yang patut menjadi perhatian bagi generasi sekarang.
Sumbangan umat Islam Spanyol dalam pengembangan intelektual dan berbagai penelitian ilmiah tidak hanya berguna bagi umat Islam di negeri Masyriq tetapi juga bagi seluruh umat manusia. Cordova merupakan sentral intelektual di Eropa dengan hadirnya perguruan-perguruan tinggi Islam yang amat terkenal dalam berbagai bidang. Ketika itu orang-orang Eropa datang belajar di Cordova dan mereka bangga belajar di negeri tersebut sebagaimana kebanggaan umat Islam yang pada saat sekarang belajar di Eropa. Islam pada waktu itu menjadi guru bagi orang-orang Kristen Eropa.
Spanyol merupakan tempat paling strategis bagi Eropa pada waktu itu untuk menggali peradaban Islam yang tak tertandingi baik dalam bentuk hubungan politik, sosial, maupun perekonomian dan peradaban antar negara. Orang-orang Eropa menjadi saksi sejarah bahwa Spanyol dibawah panji Islam jauh meninggalkan negara-negara tetangganya di Eropa terutama di bidang pemikiran dan sains, di samping bangunan fisik[1].
Islam di Spanyol telah melahirkan pancaran kemajuan dan kemilauan peradaban yang agung. Masjid Agung Cordova, sejumlah pertamanan, pancuran dan alun-alun istana al-Hambra, kemajuan ilmu pengetahuan, filsafat, sains dan lain-lain, menjadi bukti sejarah atas kemajuan yang telah dicapai Islam di Spanyol[2].
Spanyol mencapai puncak keemasan dibawah pemerintahan keluarga Bani Umayyah terutama pada masa Abd Rahman I (756-788), Abd Rahman III (921-961), dan al-Hakam II (961-976 M), ketika itu ibukota Spanyol, Cordova bersinar bagai cahaya gemilau, sementara bumi Eropa tenggelam dalam kegelapan[3]
Meskipun Islam di Andalusia pada waktu itu maju sedemikian rupa, namun akhirnya juga mengalami banyak kelemahan akibat persatuan yang mulai tidak terpelihara, terutama dalam menjalankan roda pemerintahan, sehingga berakibat munculnya kerajaan-kerajaan kecil (al-Muluk al-Thawaif).
Dengan adanya kerajaan-kerajaan Islam kecil tersebut, berarti umat Islam mulai kurang bersatu. Wilayah-wilayah Islam yang banyak itu lebih mementingkan keluarga (keturunan) atau suku daripada umat yang banyak dalam sebuah negara yang berbentuk kerajaan. Akibatnya, kehidupan keagamaan yang harmonis dan peradaban Islam yang cemerlang selama ini, akhirnya mengalami kemunduran dan kehancuran. Sebagian dari sisa kehancuran itu hanya menjadi kenangan sejarah Islam.

Dari uraian diatas kami akan mencoba menjelaskan bagaimana perkembangan peradaban Islam di Andalusia ( spanyol ) pada masa Bani Umayyah hingga munculnya kerajaan-kerajaan Islam kecil (­al-Muluk al-Thawaif). Namun, sebelumnya kami akan memaparkan terlebih dahulu bagaimana proses masuknya Islam di Spanyol


B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Bagaimana proses awal masuknya islam di Sanyol ?
2.      Bagaimana perkembangan islam di Spanyol ?
3.      Sebutkan kemajuan-kemajuan yang dicapai umat islam dalam mengantarkan Spanyol mencapai puncak kejayaan ?
4.      Bagaimana pengaruh peradaban islam Spanyol di eropa ?
5.      Jelasnkan proses runtuhnya peradaban islam di Spanyol ?

C.   TUJUAN
            Tujuan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Sejarah Peradaban Islam, serta untuk menambah wawasan bagi penulis dan pembaca tentang sejarah awal masuknya islam di eropa terutama di Spanyol.

BAB II
PEMBAHASAN

A.    MASUKNYA ISLAM KE SPANYOL
         Spanyol diduduki umat Islam pada zaman Khalifah Al-Walid (705-715 M)[4], salah seorang Khalifah dari Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus. Sebelum penaklukan Spanyol Umat Islam telah menguasai Afrika Utara dan menjadikannya sebagai salah satu provinsi dari Dinasti Bani Umayyah. Sebelum dikalahkan dan kemudian dikuasai Islam, wilayah ini menjadi basis kekuasaan kerajaan Romawi, yakni kerajaan Ghotik. Kerajaan ini (Ghotik) sering menjadi provokator penduduk untuk membuat kerusuhan-kerusuhan menentang Islam. Setelah daerah ini benar-benar telah dikuasai, barulah umat Islam memusatkan perhatiaannya untuk menaklukkan Spanyol[5]. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa Afrika Utara menjadi batu loncatan bagi kaum muslimin dalam penaklukan wilayah Spanyol.
Pada masa pemerintahan Khalifah Al-Walid, umat Islam mulai melancarkan ekspansi ke Barat (Spanyol). Dalam proses ekspansi ke Spanyol, ada tiga kesatria Islam yang dapat dikatakan paling berjasa memimpin satuan-satuan pasukan kesana, mereka adalah: Tharif bin Malik, Thariq bin Ziyad, dan Musa Ibn Nushair. Tharif bin Malik dikenal sebagai perintis dan penyelidik masuknya Islam di Spanyol. Sedangkan Tariq bin Ziyad adalah panglima perang yang menaklukkan Spanyol. Sementara Musa bin Nushair adalah pemegang tampuk kekuasaan di Afrika Utara ketika itu yang menjadi pusat gerakan ekspansi ke Spanyol.
Menurut catatan sejarah bahwa ketika Musa Ibn Nushair memerintah di Afrika Utara, terjadi perselisihan antara Gubernur Cueta (Yulian) dengan Roderik raja Spanyol. Raja Roderick memerintah sewenang-wenang, ia telah memecat dan membunuh raja Witiza, sehingga Gubernur Cueta yakni Yulian menjadi marah dan meminta bantuan dan perlindungan kepada Musa Ibn Nushair dalam membebaskan negaranya (Spanyol) dari tirani Rodericak. Inilah yang telah membuka pintu bagi daulah Umayyah untuk menguasai Spanyol khususnya dan Eropa umumnya[6]
Kerjasama antara Yulian dengan Musa Ibn Nushair, telah mendapat persetujuan (izin) dari khalifah al-Walid. Atas dasar itulah sehingga Musa Ibn Nushair memerintahkan (mengirim) Tarif Ibn Malik untuk melakukan penjajakan atau penyelidikan di pantai selatan (Spanyol) dan sekaligus untuk mengkaji kesetiaan Yulian terhadap kerjasama yang telah dicetuskan. Maka disusunlah suatu kekuatan militer yang terdiri dari 400 orang tentara infanteri dan 100 orang kavalery serta diberangkatkan dengan menggunakan kapal laut milik Yulian, memasuki pantai selatan Spanyol pada bulan Juli 710 M. Misi Tarif berhasil dengan baik dan lancar.
Sebagai tindak lanjut dari penyerangan Tharif, maka pada tahun 711 M, Musa Ibn Nushair mengutus panglima Tariq Ibn Ziyad, untuk melakukan agresi ke Andalusia (Spanyol), dengan jumlah pasukan yang lebih besar, yakni sekitar 7.000 pasukan. Pasukan Tariq memasuki Spanyol melalui Cuetadan berhasil mendarat di daerah perbukitan, yang hingga kini dinamakan dengan Gibraltar atau Jabal Thariq.
Melihat hal itu, Raja Roderick menyadari ancaman dan bahaya yang menghadangnya, maka iapun mempersiapkan 100.000 pasukan. Tariq dan pasukannya didaratan Spanyol dihadang oleh 25.000 pasukan raja Roderick. Melihat jumlah pasukan yang tidak berimbang, maka Thariq minta bantuan kepada Musa Ibn Nushair, tetapi  Musa hanya dapat mengirim 5000 prajurit, sehingga jumlah pasukan Tariq berjumlah 12.000 pasukan[7].

Selisih jumlah pasukan yang tidak berimbang itu, tidak menjadikan Thariq surut dan gentar. Pasukan berani mati Thariq bin Ziyad terus bergerak maju sampai bertemu dengan angkatan perang raja Roderick di tepi sungai kecil (orang Arab menyebutnya dengan Wadi Bakka) dekat Guadalete yang mengalir ke selat Cape Trafalagar.
Dalam pertempuran itu, Thariq dan pasukannya berhasil mengalahkan Roderick dan iapun terbunuh pada tanggal 19 Juli 711 M. dengan kekalahan Roderick, pintu Spanyol terbuka lebar. Thariq dan pasukannya yang terdiri dari bangsa Barbar[8], terus bergerak maju menaklukkan kota-kota penting di Cordova, Granada, dan Toledo[9].
Melihat keberhasilan pasukan Tariq Ibn Ziyad dalam melaksanakan operasinya di Spanyol, maka pada bulan Juni 712 M, Musa Ibn Nushair mengarahkan pasukannya pula ke Spanyol sebanyak 10.000 orang prajurit, melaui jalan yang tidak dilalui oleh Tariq Ibn Ziyad. Pasukan Musa melalui pantai Barat Spanyol dan berhasil menaklukkan kota-kota Madinah, Sidonia, Carmona, Merida, dan Sevilla. Pasukan ini akhirnya bertemu dengan pasukan Tariq di dekat kota Teledo. Dengan bergabungnya kedua pasukan ini, maka kedudukan angkatan perang muslim di Spanyol semakin kuat. Mereka meneruskan ekspansinya ke bagian utara Spanyol yaitu Saragoza,Tarrogana, Barcelona, Aragon, Leon, Austria, dan Galecia, bahkan mereka telah sampai ke perbatasan Spanyol dan Perancis.
Pada waktu Tariq Ibn ziyad dan Musa Ibn Nushair memenangkan pertempuran dan menguasai kota-kota Andalusia. Sejak itulah Spanyol mulai dikuasai oleh Islam di bawah kekuasaan Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus. Dari sini dibangun peradaban yang menjadikan bangsa Spanyol mencapai kemajuan yang signifikan.


B.     PERKEMBANGAN ISLAM DI SPANYOL
             Sejak pertama kali islam menginjakkan kaki di tanah Spanyol hingga jatuhnya kerajaan Islam terakhir di sana, Islam memainkan peranan yang sangat besar. Masa itu berlangsung lebih dari tujuh setengah abad. Sejarah panjang yang dilalui umat Islam di Spanyol dapat dibagi menjadi enam periode[10], yaitu :
1. Periode pertama (711-755 M)
Pada periode ini, Spanyol berada di bawah pemerintahan para wali, yang diangkat oleh Khalifah Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus. Stabilitas pemerintahan dan ekonomi belum tercapai dengan baik. Karena masih banyak gangguan baik dari dalam maupun dari luar. Periode ini berakhir dengan datangnya Abd al-Rahman Al-Dakhil ke Spanyol pada tahun 755 M.
2. Periode kedua (755-912 M)
Periode ini, Spanyol berada di bawah pemerintahan yang bergelar amir (panglima atau gubernur), akan tetapi tidak tunduk kepada pusat pemerintahan Islam yang ketika itu dipegang oleh khalifah Abbasiyah di Bagdad. Amir pertama diberi gelar Abdurrahman I yang memasuki Spanyol tahun 755 M. pada fase ini umat Islam telah mencapai kemajuan-kemajuan baik dari segi politik maupun sosial kebudayan. Berdiri misalnya masjid Cordova, dan lembaga-lembaga militer yang kokoh serta ilmu pengetahuan.
3. Periode ketiga (912-1013 M)
Periode ini berlangsung mulai dari pemerintahan Abd Rahman III yang bergelar An-Nashir, sampai kemudian munculnya raja-raja kelompok (Muluk al-Thawaif) . Khalifah-khalifah yang memerintah pada periode ini ada tiga orang, yaitu :
– Abdurrahman An-Nashir (912-961 M)
– Hakam II (961-976 M)
– Hisyam II (976-1009 M)
Pada periode ini, Spanyol mencapai puncak kejayaan dan menyaingi kejayaan Daulah Abbasiyah di Baghdad. Spanyol mencapai kecemerlangannya di berbagai bidang, baik pengetahuan, politik, agama dan budaya. Penerjemahan kitab-kitab secara besar-besaran dilakukan.
4. Periode keempat (1013-1086 M)
Pada periode ini, Spanyol terpecah menjadi lebih dari tiga puluh negara kecil dibawah pemerintahan raja-raja golongan atau Muluk al-Thawaif, yang berpusat disuatu kota seperti Sevilla, Cordova, Toledo dan sebagainya. Meskipun kehidupan politik tidak stabil, namun kehidupan intelektual terus berkembang pada periode ini. Istana-istana mendorong para sarjana dan sastrawan untuk mendapatkan perlindungan dari satu istana ke istana lain.
5. Priode kelima (1086-1248 M)
Pada periode ini, Islam Spanyol meskipun masih terpecah dalam beberapa negara, tetapi terdapat satu kekuatan yang dominan, yaitu kekuasaan dinasti Murabithun (1086-1143 M) dan Muwahidun (1146-1235 M). Meskipun demikian pada akhirnya umat Islam tidak mampu membendung serangan umat Kristen yang semakin besar. Sehingga pada tahun 1238 M Corodova jatuh setelah kejatuhan Seville pada tahun 1248 M. Pada fase ini Seluruh Spanyol kecuali Granad jatuh ke tangan Kristen.
6. Periode Keenam (1248-1492 M)
Pada periode ini, Islam hanya berkuasa didaerah Granada, di bawah dinasti Bani Ahmar (1232-1429 M). Peradaban kembali mengalami kemajuan seperti di zaman Abdurrahman An-Nashir. Akan tetapi secara politik dinasti ini hanya hanya berkuasa di wilayah yang kecil. Kekuasaan Islam yang merupakan pertahanan terakhir di Spanyol ini berakhir karena perselisihan orang-orang istana dalam memperebutkan kekuasaan.
Dengan demikian berakhirlah kekuasaan Islam di Spanyol pada tahun 1492 M. Umat Islam setelah itu dihadapkan kepada dua pilihan, masuk Kristen atau pergi meninggalkan Spanyol. Pada tahun 1609 M, boleh dikatakan tidak ada lagi umat Islam di daerah ini.
C.    KEMAJUAN ILMU PENGETAHUAN DAN KEBUDAYAAN ISLAM DI SPANYOL
1.      Kemajuan Intelektual 
           Spanyol adalah negara yang subur. Masyarakat Spanyol Islam merupakan masyarakat majemuk yang terdiri dari komunitas-komunitas Arab (Utara dan Selatan) al-Muwalladun (orang-orang Spanyol yang masuk Islam), Barbar (umat Islam yang berasal dari Afrika Utara), Yahudi, Kristen Muzareb yang berbudaya Arab, dan Kristen yang masih menentang kehadiran Islam. Semua komunitas itu, kecuali yang terakhir memberikan saham intelektual terhadap terbentuknya lingkungan budaya Andalusia yang melahirkan kebangkitan ilmiah, sastra, dan pembangunan fisik di Spanyol.
   a)Filsafat 
        Islam di Spanyol telah mencatat satu lembaran budaya yang sangat brilian dalam bentangan sejarah Islam. Ia berperan sebagai jembatan penyeberangan yang dilalui ilmu pengetahuan Yunani-Arab ke Eropa pada abad ke-12. minat terhadap filsafat dan ilmu pengetahuan mulai dikembangkan pada abad ke-9 M selama pemerintahan penguasa Bani Umayyah yang ke-5, Muhammad ibn Abd al-Rahman (832-886 M). 
        Tokoh utama pertama dalam sejarah filsafat Arab-Spanyol adalah Abu Bakr Muhammad ibn al-Sayigh yang lebih dikenal dengan Ibn Bajjah. Tokoh utama yang kedua adalah Abu Bakr ibn Thufail, penduduk asli Wadi Asa, sebuah dusun kecil di sebelah timur Granada dan wafat pada usia lanjut tahun 1185 M.
        Bagian akhir abad ke-12 M menjadi saksi munculnya seorang pengikut Aristoteles yang terbesar di gelanggang filsafat dalam Islam, yaitu Rusyd dariCordova.[11]
        Pada abad ke 12 diterjemahkan buku Al-Qanun karya Ibnu Sina (Avicenne) mengenai kedokteran. Diahir abad ke-13 diterjemahkan pula buku Al-Hawi karya Razi yang lebih luas dan lebih tebal dari Al-Qanun.[12]
b) Sains 
        Abbas ibn Fama termasyhur dalam ilmu kimia dan astronomi. Ia orang yang pertama kali menemukan pembuatan kaca dari batu. Ibrahim ibn Yahya al-Naqqash terkenal dalam ilmu astronomi. Ia dapat menentukan waktu terjadinya gerhana matahari dan menentukan berapa lamanya. Ia juga berhasil membuat teropong modern yang dapat menentukan jarak antara tata surya dan bintang-bintang. Ahad ibn Ibas dari Cordova adalah ahli dalam bidang obat-obatan. Umi al-Hasan bint Abi Ja’far dan saudara perempuan al-Hafidzh adalah dua orang ahli kedokteran dari kalangan wanita. 
        Dalam bidang sejarah dan geografi, wilayah Islam bagian barat melahirkan banyak pemikir terkenal. Ibn Jubair dari Valencia (1145-1228 M) menulis tentang negeri-negeri muslim Mediterania dan Sicilia dan Ibn Bathuthah dari Tangier (1304-1377 M) mencapai Samudra Pasai dan Cina. Ibn Khaldun (1317-1374 M) menyusun riwayat Granada, sedangkan Ibn Khaldun dart Tum adalah perumus filsafat sejarah. Semua sejarawan di atas bertempat tinggal di Spanyol yang kemudian pindah ke Afrika.
c) Fikih
         Dalam bidang fikih, Spanyol dikenal sebagai penganut mazhab Maliki. Yang memperkenalkan mazhab ini disana adalah Ziyad ibn Abd al-Rahman. Perkembangan selanjutnya ditentukan oleh Ibn Yahya yang menjadi qadhi pad masa Hisyam ibn Abd al- Rahman. Ahli-ahli fikih lainnya yaitu Abu Bakr ibn al-Quthiyah, Munzir ibn Sa’id al-Baluthi dan Ibn Hazm yang terkenal[13].
Sedillot berkata, “Mazhab Maliki itulah yang secara khusus memikat pandangan kita karena hubungan kita dengan bangsa Arab Afrika. Pada waktu itu pemerintah Prancis menugaskan Dr. Peron untuk menerjemahkan buku Fiqh Al Mukhtashar karya Al Khalik bin Ishaq bin Ya’qub (w. 1422 M).[14]
d) Musik dan Kesenian 
        Dalam bidang musik dan seni suara, Spanyol Islam mencapai kecemerlangan dengan tokohnya al-Hasan ibn Nafi yang dijuluki Zaryab. Setiap kali diadakan pertemuan dan jamuan, Zaryab selalu tampil mempertunjukkan kebolehannya. Ia juga terkenal sebagai pengubah lagu. Ilmu yang dimilikinya itu diturunkan kepada anak-anaknya baik pria maupun wanita, dan juga kepada budak-budak, sehingga kemasyhurannya tersebar luas. 
e) Bahasa dan Sastra 
        Bahasa Arab telah menjadi bahasa administrasi dalam pemerintahan Islam di Spanyol. Diantara para ahli yang mahir dalam bahasa Arab, baik keterampilan berbicara maupun tata bahasa yaitu Ibn Sayyidih, Ibn malik pengarang Alfiyah, Ibn Huruf, Ibn Al-Hajj, Abu Ali al-Isybili, Abu al-Hasan Ibn Usfur, dan Abu Hayyan al-Gharnathi. 

2.      Kemegahan Pembangunan Fisik
     Orang-orang memperkenalkan pengaturan hidrolik untuk tujuan irigasi. Kalau dam digunakan untuk mengecek curah air waduk dibuat untuk konservasi. Pengaturan hydrolik itu dibangun dengan memperkenalkan roda air asal Persia yang dinamakan na’urah (Spanyol Noria). Namun pembangunan fisik yang paling menonjol adalah pembangunan gedung-gedung, seperti pembangunan kota, istana, masjid, pemukiman, taman-taman. Di antara pembangunan yang megah adalah masjid Cordova, kota al-Zahra, Istana Ja’fariyah di Saragosa, tembok Toledo, istana al-Makmun, mesjid Seville dan istana al-Hamra di Granada.

3.      Faktor- faktorPendukungKemajuan
        Spanyol Islam, kemajuannya sangat ditentukan oleh adanya penguasa-penguasa yang kuat dan berwibawa, yang mampu mempersatukan kekuatan-kekuatan umat Islam, seperti Abd al-Rahman al-Dakhil, Abd al-Rahman al-Wasith dan Abd al-Rahman al-Nashir. 
         Keberhasilan politik pemimpin-pemimpin tersebut ditunjang oleh kebijaksanaan penguasa-penguasa lainnya yang mempelopori kegiatan-kegiatan ilmiah dan adanya toleransi yang ditegakkan oleh penguasa terhadap penganut agama Kristen dan Yahudi. 

D.    PUSAT-PUSAT PERADABAN PADA MASA ISLAM DI SPANYOL
1. KORDOVA
Kota Kordova dijadikan ibukota oleh Abdurrahman Ad-Dakhil (822-852 M), kemudian mencapai puncak keindahannya pada masa Abdurrahman III yang bergelar An-Nashir (911-961 M). Kordove menjadi kota teladan diseluruh Eropa, karena waktu itu kota-kota di Eropa masih becek, gelap, sepi, sedang di Kordova sudah ramai dan teratur serta indah di pandang mata. Walaupun kotanya ramai dan besar, namun tidak ada gejala kerusakan moral atau akhlak.
Ditengah kota Kordova terdapat istana Khalifah dan di dalamnya terdapat 340 rumah yang indah-indah, memiliki gaya cipta sendiri. Diantaranya adalah Al-Mubarak, Al-Kamil, Al-Masruq, Al-Mujaddid dan Al-Khair serta yang lainnya.
Diantara kebanggan kota Kordova lainnya adalah masjid Kordova. Menurut Ibn Al-Dala’i, terdapat 491 masjid disana. Pendiri masjid Kordova adalah Abdurrahman Ad-Dakhil. Tempat masjid itu semula adalah gereja kecil, atas persetujuan umat Kristen lalu kemudian gereja itu dipindahkan. Masjid ini dapat menampung 80.000 orang. Masjid Kordova sekarang ini dijadikan gereja Nasrani dan diberi nama “MOSQUITA”.
2. GRANADA
Granada adalah tempat pertahanan terakhir umat Islam di Spanyol. Disana berkumpul sisa-sisa kekuatan Arab dan pemikir Islam.Arsitektur-arsitektur bangunannya terkenal diseluruh Eropa. Disana terdapat sebuah istana yang indah yang dibuat oleh raja-raja Bani Ahmar yang diberi nama “AL-HAMRA”. Istana Al-Hamra terdidir dari beberapa ruangan, antara lain:
• Qa’at Shafra (ruangan kuning). Ruangan ini yang paling indah dan dibuat oleh sultanAbu Al-Hujaj Yusuf bin Al-Ahmar.
• Qa’at Hukmi (ruangan pengadilan).
• Taman Singa (taman hiburan).
• Qa’at Bani Siraj.
• Qa’at Al-ukhtain (ruang dua bersaudara perempuan)
• Hausy Ar-Raikhan (ruang istirahat Sultan).
• Di sana terdapat menara Al-Hamra yang tingginya 26 cm.
Pada setiap tanggal 2 januari terdengar bunyi lonceng raksasa yang beratnya 1200 kg, sebab pada tanggal tersebut merupakan jatuhnya Granada ketangan orang-orang Kristen pada tahun 899 H (1492 M), dan selanjutnya masjid Al-Mulk di Granada di jadikan gereja “SANTA MARIA”.
3. SEVILLA
Sevilla merupakan kota yang indah, terletak di tepi sungai Guadal Quivir. Pernah dijadikan ibukota kerajaan Muluk At-Thawaif. Pada masa kerajaan Muwahidun dibawah pemerintahan Sultan Yusuf Abu Ya’kub (1163-1184). Sevilla merupakan kota kedua setelah Madrid. Didalamnya banyak sekali terdapat bangunan-bangunan peninggalan Islam, karena Islam pernah menguasainya selama 5 abad.
Dan yang merupakan sumbangan terhadap dunia ialah di dirikannya banyak universitas, misalnya universitas Kordova, Sevilla, Malaga dan Granada. Siswa-siswa dari luar negeri menyukai Universitas Granada dengan jurusan-jurusan ilmu ketuhanan, falsafah, kedokteran, kimia, astronomi dan yurisprudensi. Pada waktu Islam meninggalkan Sevilla, kunci kota ini diserahkan kepada Raja Ferdinand, kemudian masjid Sevilla dijadikan gereja Santa Maria de La Sade.
E.     PENGARUH PERADABAN SPANYOL ISLAM DI EROPA
               Spanyol merupakan tempat yang paling utama bagi Eropa menyerap peradaban Islam, baik dalam bentuk hubungan politik, sosial, maupun perekonomian dan peradaban antarnegara.
          Berawal dari gerakan Averroeisme inilah di Eropa kemudian lahir reformasi pada abad ke-16 M dan rasionalisme pada abad ke-17 M. Pengaruh ilmu pengetahuan Islam atas Eropa yang sudah berlangsung sejak abad ke-12 M itu menimbulkan gerakan kebangkitan kembali (renaissance) pusaka Yunani di Eropa pada abad ke-14 M. 
          Walaupun Islam akhirnya terusir dari negeri Spanyol dengan cara yang sangat kejam, tetapi ia telah membidani gerakan-gerakan penting di Eropa. Gerakan-gerakan itu adalah kebangkitan kembali kebudayaan Yunani klasik (renaissance) pada abad ke-14 M yang bermula di Italia, gerakan reformasi pada abad ke-16 M, rasionalisme pada abad ke-17 M, dan pencerahan (aufklaerung) pada abad ke-18 M. 

F.     KEMUNDURAN ISLAM DAN RUNTUHNYA PERADABAN DI SPANYOL
a)      Penyebab Kemunduran dan Kehancuran
Masa kemunduran Islam di Spanyol merupakan sejarah gelap Islam Spanyol. Karena masa kemunduran itulah yang menjadi cikal bakal lenyapnya Islam secara total di Spanyol. Kemunduran Islam di Spanyol disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah sebagai berikut :
1). Konflik Islam dengan Kristen.
 Para penguasa muslim sudah merasa puas dengan hasil upeti yang mereka dapat dari kerajaan-kerajaan Kristen yang telah ditaklukkan, sehingga upaya Islamisasi terhenti. Membiarkan Kristen tetap mempertahankan hukum dan adat mereka. Demikian pula kehadiran orang Arab Islam di Spanyol secara tidak langsung membangun kesadaran kebangsaan orang-orang Kristen Spanyol.
 Wilayah kekuasaan Islam di Spanyol yang berbatasan dengan Kristen di Utara, selalu mendapat serangan dimana ada kesempatan. Serbuan yang dilakukan oleh Raja Alfonso VI berhasil merebut Toledo dari dinasti Zunniyah pada tahun 1085 M. pada tahun 1238, Kristen juga berhasil menguasai Sevilla dan menyusul Cordova pada tahun 1248 M. Setelah Cordova jatuh di tangan Kristen, Islam masih dapat bertahan di Granada selama lebih dari dua abad, yaitu pada masa kekuasaan Bani Ahmar.
 Pada tanggal 2 Januari 1492 Granada takluk kepada Kristen, setelah kerajaan Aragon dan Castilian bersatu menyerang Islam pada tahun 1469. Dengan jatuhnya Granada menandai jatuhnya Islam sebagai politik dan agama di Spanyol. Demikian seterusnya sampai Islam benar-benar hilang dan musnah di Spanyol.

2). Keterpurukan ekonomi.
 Di paruh kedua masa Islam di Spanyol, para penguasa hanya mengkonsentrasikan diri pada pembangunan ilmu pengetahuan secara serius. Sementara sektor ekonomi tidak diperhatikan, akibatnya timbul krisis ekonomi yang memberatkan dan mempengaruhi kondisi politik dan militer.
3). Tidak adanya ideologi pemersatu.
        Politik yang dijalankan oleh Bani Umayyah di Damaskus adalah orang-orang Arab (Islam) dan tidak pernah menerima orang pribumi sebagaimana di tempat lain para muallaf diperlakukan sebagai orang Islam yang sederajat, suatu perilaku politik yang dinilai merendahkan dan diskriminatif. Akibatnya kelompok-kelompok non Arab selalu menggerogoti dan merusak perdamaian.
4). Tidak jelasnya sistem peralihan kekuasaan.
Hal ini berimplikasi terjadinya perebutan kekuasaan oleh para ahli waris.
5). Munculnya dinasti-dinasti kecil.
        Munculnya dinasti kecil di Spanyol menyebabkan terjadinya disintegrasi yang pada gilirannya menjadi penyebab lemahnya Islam di Spanyol. Terdapatnya sejumlah dinasti lokal berkuasa di daerah bagian Spanyol. Terjadinya persaingan antara dinasti kecil yang ada, memberikan peluang bagi umat Kristiani untuk melaksanakan politik adu domba[15]
6). Keterpencilan Spanyol
KeterpencilanSpanyolmenyebabkan terisolir dari dunia Islam yang lain. secara politik selalu berjuang sendirian, tanpa mendapat bantuan kecuali dari Afrika Utara.  Dengan demikian tidak ada kekuatan alternatif yang dapat membendung kekuatan Kristen di Spanyol.
b)     Kehancuran Peradaban Islam di Spanyol
Lenyapnya Islam di Spanyol berarti runtuhnya masa keemasan Islam di Spanyol selama 780 tahun lebih. Kini Islam di Spanyol tinggal nama yang tertulis rapi dalam sejarah. Umat Islam hanya mampu mengenang sejarah suram Islam dengan penuh kekesalan. Karena tak ada lagi yang dapat dibanggakan. Islam tinggal serpihan-serpihan luka, peradaban-peradaban Islam secara perlahan bergerak ambruk, khasanah intelektual dimanipulasi, upaya-upaya menghilangkan jejak Islam terus diprovokasi, kesalahan-kesalahan, kemunduran-kemunduran terulang dan terjadi diberbagai negara Islam lainnya. Berikut wajah muram kehancuran tersebut:
1). Kondisi Kehidupan Keagamaan
Setelah kerajaan-kerajaan Islam di Spanyol mengalami kehancuran, dalam waktu yang relatif singkat, umat Islam lenyap secara total di wilayah itu. Pada waktu itu, seluruh umat Islam dihadapkan ke Mahkamah Taftis (Pengadilan Berdarah). Pengadilan menetapkan tiga alternatif bagi umat Islam, yaitu: (1) beralih agama ke Kristen, (2) meninggalkan Spanyol, atau (3) dibunuh[16].
Bagi mereka yang imannya lemah, mereka memilih alternatif pertama, yaitu murtad. Adapun mereka yang imannya kuat dan memiliki perbekalan yang memadai, mereka memilih pindah ke kerajaan Islam terdekat. Umat Islam memilih alternatif kedua ini, pada umumnya mereka berhijrah ke wilayah Afrika Utara. Adapun mereka yang imannya kuat tetapi tidak memiliki perbekalan memadai, maka mereka memilih mati syahid. Umat Islam yang terpaksa menempuh alternatif ketiga ini, dibantai habis-habisan oleh para agresor Kristen.
Menurut pendataan para sejarahwan, setelah jatuhnya kota Granada di Spanyol ke tangan penguasa Kristen, umat Islam yang dibantai kurang lebih 3.000.000 (tiga juta) jiwa. Mereka disiksa secara kejam kemudian dibakar hidup-hidup. Akibatnya, umat Islam menjadi berantakan. Sebagian dari lahan pertanian, perindustrian, dan perdagangan ikut dihancurkan pula karena sebagian ahlinya telah meninggal dunia.
Dengan keadaan seperti itu, tidak ada lagi seorang muslim yang berterus terang tentang agamanya. Meski dalam hati mereka tetap sebagai muslim, namun karena takut terhadap penyiksaan yang dilakukan oleh orang-orang Kristen maka kehidupan keagamaan mereka menjadi lenyap.
2). Keadaan Khazanah Ilmu Pengetahuan
Setelah kerajaan Islam mengalami kehancuran di Andalusia, segala macam bentuk kegiatan ilmu pengetahuan terhenti dan tidak berjalan sebagaimana mestinya. Pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan agama yang semula maju dengan pesat, akhirnya harus pudar, sejalan dengan hancurnya kekuasaan Islam[17]
Di Spanyol Selatan, kurang lebih 1.000.000 (satu juta) buku yang berbahasa Arab telah dimusnahkan oleh Raja Ferdinand dari Castilla melalui lembaga suci Kristen. 5.000 (lima ribu) copy Alquran bersama dengan buku-buku ilmu pengetahuan dari tulisan tangan para cendekiawan Muslim, dibakar dalam timbunan raksasa pada tahun l511 Masehi di Granada[18]
Pada tahun 1526, Raja Philip mengeluarkan suatu dekrit bahwa tidak seorang pun boleh memiliki atau membaca buku berbahasa Arab. Semua buku yang ditulis oleh para cendekiawan Muslim atau buku-buku kajian yang berkaitan dengan Islam, dilarang beredar.
Di Granada, yang merupakan kota pusat pengembangan intelektual Islam di Barat, terdapat Universitas Granada, yang dalam perkembangannya telah banyak menyumbangkan berbagai ilmu pengetahuan di Barat. Selama kejayaannya, para mahasiswa berdatangan untuk belajar di dalamnya dengan berbagai disiplin ilmu pengetahuan, seperti biologi, hukum, ketatanegaraan, filsafat, ilmu kedokteran, dan ilmu falak. Namun, akhirnya hancur bersamaan dengan hancurnya kota Granada dari serangan orang-orang Kristen pada abad ke 15 Masehi.
Dalam lapangan filsafat, orang-orang Andalusia sangat tekun mempelajarinya. Di sanalah lahir beberapa tokoh cendekiawan Muslim yang terkenal, seperti Ibnu Bajah, Ibnu Tufail, Ibnu Rusyd, dan Ibnu Khaldun. Menurut Mahmud Yunus, sejak wafatnya Ibnu Rusyd (595H/1198 M) dan Ibnu Khaldun (808 H/1406 M), maka seluruh dunia Islam, khususnya di Andalusia, telah sunyi senyap dari filsafat[19].
Dari keterangan di atas, dapat dipahami bahwa hancurnya kebudayaan Islam bersamaan dengan lenyapnya kerajaan Islam di Spanyol, telah terjadi peralihan khazanah ilmu pengetahuan dari cendekiawan Muslim ke cendekiawan Barat melalui proses penerjemahan beberapa buku yang dianggap penting. Adapun buku-buku yang tidak dianggap penting oleh penguasa Kristen, semuanya dimusnahkan.
3). Keadaan Seni dan Budaya
Pada masa pemerintahan Islam di Spanyol, keadaan seni dan budaya Islam mengalami kemajuan yang sangat pesat, karena perhatian pemerintah Islam sangat serius. Di antara kesenian yang sangat maju adalah seni kaligrafi yang ditulis pada dinding-dinding dan penyangga-penyangga mesjid. Demikian pula dengan kesusastraan dalam bentuk syair-syair yang dibahasakan secara halus dan indah[20]
Setelah hancurnya Islam di Spanyol, kehidupan seni dan sastra mulai mengalami kekaburan. Khusus dalam bidang kesusastraan, telah terjadi pencampurbauran antara sastra Arab dengan sastra lain, seperti sastra Latin dan sastra Spanyol. Sejalan dengan peraturan yang melarang penggunaan Bahasa Arab dalam kehidupan sehari-hari, maka hal itu sangat berpengaruh terhadap perkembangan sastra Arab. Baik prosa maupun puisi Arab, telah banyak diubah menjadi ke dalam bahasa Latin. Hal ini pula berimplikasi pada pengalihan istilah-istilah Arab menjadi bahasa Spanyol, seperti: alcalde berasal dari kata al-qadhi, alviare berasal dari kata al-abyar, dan alcasare berasal dari kata al-qashru.
Sebagian ahli pujangga, arsitektur, dan orang-orang Islam yang pandai dalam seni ukir, ditangkap lalu diperlakukan sebagai tawanan. Mereka dipekerjakan sebagai buruh untuk membangun gereja-gereja, membuat patung-patung dan ukiran-ukiran, atau memperbaiki bangunan-bangunan yang telah rusak.
Sejak 32 tahun jatuhnya kota Granada, Paus mengeluarkan dekritnya agar semua mesjid yang ada di Spanyol diubah menjadi gereja[21].

BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
           Islam pertama kali masuk ke Spanyol pada tahun 711 M melalui jalur Afrika Utara. Wilayah Andalusia yang sekarang disebut dengan Spanyol diujung selatan benua Eropa, masuk kedalam kekuasaan dinasti bani Umayah semenjak Tariq bin Ziyad, bawahan Musa bin Nushair gubernur Qairuwan, mengalahkan pasukan Spanyol pimpinan Roderik Raja bangsa Gothia (92 H/ 711 M). Spanyol diduduki umat islam pada zaman kholifah Al-Walid (705-715), salah seorang khalifah dari Bani Umayah yang berpusat di Damaskus. 
Perkembangan Islam di Spanyol berlangsung lebih dari tujuh setengah abad. Perkembangan itu dibagi menjadi enam periode. Kemajuan peradaban itu dipengaruhi oleh kemajuan intelektual yang di dalamnya terdapat ilmu filsafat, sains, fikih, musik dan kesenian, begitu juga dengan bahasa dan sastra, dan kemegahan pembangunan fisik.
           Faktor-faktor pendukung kemajuan Spanyol Islam, diantaranya kemajuannya sangat ditentukan oleh adanya penguasa-penguasa yang kuat dan berwibawa, yang mampu mempersatukan kekuatan-kekuatan umat Islam, seperti Abd al-Rahman al-Dakhil, Abd al-Rahman al-Wasith dan Abd al-Rahman al-Nashir. 
Kemunduran dan kehancuran Islam di Spanyol antara lain disebabkan karena, konflik Islam dengan Kristen,tidak adanya Ideologi pemersatu, kesulitan ekonomi, tidak jelasnya sistem peralihan kekuasaan keterpencilan.

     
DAFTAR PUSTAKA

Dr. Yatim Badri, M.A, Sejarah Peradaban Islam, PT: Gravindo Persada : 2003

Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Hidakarya Agung: l990
https://www.tongkronganislami.net/sejarah-perkembangan-islam-di-spanyol/











[1]Philip K.Hitti, History of The Arabs [London : Macmillan Press,1970], h.526 – 530
[2]Ira M. Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam Bagian I dan II ( Cet. I; Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1999), h. 581.
[3]Faisal Ismail, Paradigma Kebudayaan Islam; Studi Kritis dan Refleksi Historis. (Cet. II; Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 1998), h. 215.
[4]Departemen Agama RI, Sejarah Kebudayaan Islam untuk MAK Kelas II. (1999), h. 78.
[5]Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, ( Cet. II; Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1994), h. 88
[6]Philip K Hitti, History Of The Arabs, op. cit. h. 492-494. 
[7]Hasan Ibrahim Hasan, Islamic History and Culture diterjemahkan oleh Djahdan Human dengan judul Sejarah dan Kebudayaan Islam ( Cet. I; Yogyakarta : Kota kembang, 1989), h. 90.
[8]Bangsa Barbar adalah kelompok pengelana yang menempati wilayah Afrika Utara yang sebagian besar menempati gurun sahara di wilayah negara al-Jazair, Libia Nigeria,Maroko, dan Tunisia.
[9]Hasan Bin Ibrahim Hasan, op. cit., h. 91.
[10]Sejarah Kebudayaan Islam Untuk MAK kls II, op. cit., h. 84. 
[11]Dr.Badri Yatim, M.A, Sejarah Peradaban Islam, PT: Gravindo Persada : 2003, hlm 101 
[12]Dr. Mustafa As-Siba’i,Peradaban Islam Dulu, Kini dan Esok.Gema Insani Press, Jakarta : 1993, hlm 49
[13]Dr.Badri Yatim, M.A, Sejarah Peradaban Islam, PT: Gravindo Persada : 2003, hlm 103 
[14]Dr.Mustafa As-Siba’i,Peradaban Islam Dulu, Kini dan Esok.Gema Insani Press, Jakarta : 1993, hlm 55 
[15]G.E. Bosworth, The Islamic Dinasties Diterjemahkan oleh Ilyas Hasan dengan judul Dinasti-Dinasti Islam ( Bandung : Mizan,1993), h. 35.
[16]Muhammad Qutub, Mazabih wa Jara’in Mahakim al-Taftisy fiy al-Andalusiy, diterjemahkan oleh Mustafa Mahdamy dengan judul Fakta Pembantaian Muslimin di Andalusia (Cet. I; Solo: Pustaka Mantiq, l99l), h. 42.
[17]Departemen Agama RI, Textbook Sejarah dan Kebudayaan Islam, Jilid I (Ujung Pandang: Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, l981/l982), h.103.
[18]Djalil Maelan, op. cit,. h. 74.
[19]Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam (Jakarta: Hidakarya Agung, l990), h. 112.
[20]Amir Hasan Siddiqi, Studies in Islamic History, diterjemahkan M.J. Irawan dengan judul Ilmu Pengetahuan dalam Lintasan Sejarah Islam (Cet. I; Bandung: Al-Maarif, L987), h. 89.
[21]Mustafa al-Siba’i, Mustafa al-Siba’i, Kebangkitan Kebudayaan Islam (Cet. I; Jakarta: Media Dakwah, l987). h. 126.
Next
This is the most recent post.
Posting Lama

0 komentar:

Posting Komentar