Disqus Shortname

Senin, 23 Oktober 2017

Oktober 23, 2017
MAKALAH STUDI ISLAM IBADAH


  1. Definisi Ibadah
Ibadah secara bahasa (etimologi) berarti merendahkan diri serta tunduk.
Definisi ibadah secara etimologi Kata “ibadah” (عبد - يعبد - عبادة) berasal dari bahasa Arab yang diartikan dengan taat, menurut, mengikut, berbakti, berkhidmat, tunduk, patuh, mengesakan dan merendahkan diri. Sedangkan secara istilah ibadah adalah setiap aktivitas muslim yang dilakukan ikhlas hanya untuk mengharap ridha Allah swt, penuh rasa cinta dan sesuai dengan aturan Allah dan Rasul-Nya. 
Menurut  Imam Ibnul Qoyyim definisi ibadah adalah  :


الْعِبـَادَةُ اِسْمٌ جَامِعٌ لِكُلِّ مَا يُحِـبُّهُ اللهُ وَيَرْضَاهُ مِنَ الأَقْـوَالِ وَالأَعْماَلِ الظَّاهِرَةِ وَاْلبَاطِنَةِ .                                               
Ibadah ialah sebuah nama yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhoi Allah baik berupa ucapan atau perbuatan, yang dzohir maupun batin.


  1. Macam – macam ibadah
  1.     Ibadah Mahdhah 
Yang dimaksud dengan ibadah mahdhah adalah hubungan manusia dengan Tuhannya, yaitu hubungan yang akrab dan suci antara seorang muslim dengan Allah SWT yang bersifat ritual (peribadatan). Atau juga sering disebut ibadah yang langsung,  selain itu juga ibadah mahdhah adalah ibadah yang perintah dan larangannya sudah jelas secara zahir dan tidak memerlukan penambahan atau pengurangan. Jenis ibadah yang termasuk ibadah mahdhah, adalah :
    1. Shalat
Secara bahasa sholat bermakna do’a, sedangkan secara istilah, sholat merupakan suatu ibadah wajib yang terdiri dari ucapan dan perbuatan yang diawali dengan takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam dengan rukun dan persyaratan tertentu.
Allah swt berfirman dalam Q.S.Al aa’un:
فَوَيْلٌ لِلْمُصَلِّينَ (4) الَّذِينَ هُمْ عَنْ صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ

Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya.”(QS. Al Maa’un [107] : 4-5)
  • Hikmah melaksanakn Sholat
Allah membuat perintah kepada manusia justru untuk memberikan jalan kemudahan kepada manusia agar selamat di dunia maupun di akhirat. Demikian pula perintah Allah swt tentang salat, banyak sekali hikmah dan manfaatnya, terutama bagi keselamatan dan kesejahteraan manusia, di antaranya yaitu sebagai berikut:
  1. Melalui salat, Allah akan mencegah manusia dari perbuatan keji dan mungkar. (keterangan selanjutnya lihat QS Al Ankabut: 45, QS Ali Imran: 134-136, QS Al Maidah: 90: 90-91, QS An Nur: 21, 22, dan QS Asy Syura: 36-38).
  2. Melalui salat, Allah akan memberikan rahmat, petunjuk, dan keberuntungan.Surah An Nur Ayat 56
  3. Melalui salat, Allah swt. memberikan rida-Nya dan Allah memberikan kesudahan yang baik. Hal itu dijelaskan Allah pada Surah Ar Ra’du Ayat 22.
  4. Melalui salat, Allah meng- hilangkan rasa khawatir dan sedih pada hamba-Nya. Hal itu dijelas- kan Allah pada Surah Al Baqarah Ayat 277
  5. Melalui salat, Allah akan memberi ampunan, rezeki, dan ketinggian derajat. Hal itu dijelaskan pada Surah Al Anfal Ayat 3-4.
  6. Melalui salat, Allah mencegah manusia daw keluh kesah dan kikir. Hal itu dijelaskan pad:- Surah A1 Ma’arij Ayat 19-23.
  7. Selain menjalankan perintah agama dan mengobati kerin- duan jiwa pada Sang Pencipta, salat juga punya efek samping menyehatkan jiwa dan jasmani.
  • Tujuan melaksanakan sholat
    1. supaya dapat ingat kepada Alloh
    2. supaya kita dapat menahan diri untuk melaksanakan perbuatan keji dan mungkar.
b. Puasa
Puasa secara bahasa bermakna , menahan dan diam dalam segala bentuknya. Secara terminologis puasa diartikan dengan menahan diri dari makan, minum dan berhubungan seksual(hal – hal yang membatalkan puasa)  mulai dari terbit fajar sampai terbenam matahari dengan syarat-syarat yang ditentukan.
Allah swt berfirman dalam Q.S Al Baqarah:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ أَيَّامًا مَعْدُودَاتٍ فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ وَعَلَى الَّذِينَ يُطِيقُونَهُ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِينٍ فَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًا فَهُوَ خَيْرٌ لَهُ وَأَنْ تَصُومُوا خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُون 
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa. (Yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka barangsiapa di antara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah ia berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jia ia tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu) memberi makan seorang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.” (Al Baqarah: 183-184).
  • Hikmah Puasa
  1. Tazkiyah an-nafs (pembersihan jiwa), dengan mematuhi perintah-perintah-Nya, menjahui segala larangan-Nya, dan melatih diri untuk menyempurnakan ibadah kepada Allah semata, meskipun itu dilakukan dengan dengan menahan diri dari hal-hal yang menyenangkan dan membebaskan diri dari hal-hal yang lekat sebagai kebiasaan.
  2. menyehatkan badan
Dapat menahan hawa nafsu(syahwat) Puasa berpengaruh menahan nafsu syahwat dan mengangkat tinggi-tinggi nalurinya, khususnya jika terus menerus melakukan puasa dengan mengharap pahala Allah Swt. Karena itu, Rasulullah Saw. memerintahkan puasa kepada pemuda yang belum mampu menikah.
    1. puasa juga mempunyai hikmah ijtima'iyah (hikmah sosial), Puasa ini dengan memaksa orang untuk lapar, sekalipun mereka bisa kenyang memiliki sejenis persamaan umum yang dipaksakan, menanamkan dalam diri orang-orang yang mampu agar berempati terhadap derita orang-orang fakir miskin.
    2. puasa dapat mempersiapkan orang menuju derajat takwa dan naik ke kedudukan orang-orang mutaqin. Ibnul Qayim berkata, "Puasa memiliki pengaruh yang menakjubkan dalam memelihara fisik, memelihara kekuatan batin, dan mencegah bercampuraduknya berbagai bahan makanan yang merusak kesehatan. Puasa memelihara kesehatan hati dan anggota badan, serta mengembalikan lagi hal-hal yang telah dirampas oleh tangan-tangan nafsu syahwat.
  1. Tujuan Puasa
Tujuan Puasa sesuai dengan firman Allah yang tercantum dalam surah al baqarah ayat 183 yaitu agar kamu bertakwa.
Pengertian Takwa adalah wiqayah (melindungi diri). Kita bertakwa kepada allah, artinya kita mengerjakan apa yang allah perintahkan dan menjauhkan apa yang ketakwaan dalam diri kita dengan mengerjakan segala perintah-Nya dan meninggalkan segala larangan-Nya, maka kita telah melindungi diri kita dari apa neraka.
Kewajiban berpuasa ini dapat dilihat dalam firman Allah Surah Al Baqarah Ayat 183 sampai 184.
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana yang diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa (yaitu) dalam beberapa hari tertentu. Maka barang siapa di antara kamu ada yang sakit atau di dalam perjalanan (kemudian dia berbuka), maka (wajiblah dia berpuasa) sebanyak hari yang telah dia tinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Dan diwajibkan bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak mampu berpuasa) harus membayar fidyah, (yaitu) : memberi makan seorang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hatinya mengerjakan kebajikan, maka itulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahuinya.
c. Zakat
kata zakat merupakan kata dasar (masdar) dari zaka yang berarti berkah, tumbuh, bersih dan baik (Mu’jam Wasith, juz 1 Hal. 398). Menurut istilah Zakat adalah membersihkan, bertumbuh dan berkah atau sejumlah harta yang wajib dikeluarkan oleh pemeluk agama Islam untuk diberikan kepada golongan yang berhak menerima(mustahiq). Zakat itu ada dua macam: yaitu zakat harta atau disebut juga zakat mal dan zakat diri yang dikeluarkan setiap akhir bulan ramadhan yang disebut juga zakat fitrah.


Surat At-Taubah Ayat 103 :
خُذْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيهِمْ بِهَا وَصَلِّ عَلَيْهِمْ إِنَّ صَلاتَكَ سَكَنٌ لَهُمْ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ (١٠٣)
103. ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.
  1. Hikmah Zakat
  1. Mengurangi kesenjangan sosial antara mereka yang berada dengan mereka yang miskin.
  2. Pilar amal jama’i antara mereka yang berada dengan para mujahid dan da’i yang berjuang dan berda’wah dalam rangka meninggikan kalimat Allah SWT.
  3. Membersihkan dan mengikis akhlak yang buruk
  4. Alat pembersih harta dan penjagaan dari ketamakan orang jahat.
  5. Ungkapan rasa syukur atas nikmat yang Allah SWT berikan
  6. Dukungan moral kepada orang yang baru masuk Islam
  7. Menambah pendapatan negara untuk proyek-proyek yang berguna bagi ummat.
  1. Tujuan Zakat
  1. Menyucikan harta dan jiwa muzakki.
  2. Mengangkat derajat fakir miskin.
  3. Membentangkan dan membina tali persaudaraan sesama umat Islam dan manusia pada umumnya.
  4. Menghilangkan sifat kikir para pemilik harta.
  5. Menghilangkan sifat dengki dan iri (kecemburuan sosial) dari hati orang-orang miskin.
  6. Menjembatani jurang antara si kaya dengan si miskin di dalam masyarakat agar tidak ada kesenjangan di antara keduanya.
  7. Mengembangkan rasa tanggung jawab sosial pada diri seseorang, terutama bagi yang memiliki harta.

d.    Ibadah Haji
Secara arti kata, lafaz haji yang berasal dari bahasa arab, berarti “bersengaja”. Dalam artian terminologis adalah mengunjungi Baitullah (Ka'bah) di Mekah untuk melakukan amal ibadah tertentu dengan syarat-syarat tertentu pula. Rasulullah SAW. bersabda,

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ خَطَبَنَا رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَقَالَ « أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ فَرَضَ اللَّهُ عَلَيْكُمُ الْحَجَّ فَحُجُّوا ». فَقَالَ رَجُلٌ أَكُلَّ عَامٍ يَا رَسُولَ اللَّهِ فَسَكَتَ حَتَّى قَالَهَا ثَلاَثًا فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « لَوْ قُلْتُ نَعَمْ لَوَجَبَتْ وَلَمَا اسْتَطَعْتُمْ – ثُمَّ قَالَ – ذَرُونِى مَا تَرَكْتُكُمْ فَإِنَّمَا هَلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ بِكَثْرَةِ سُؤَالِهِمْ وَاخْتِلاَفِهِمْ عَلَى أَنْبِيَائِهِمْ فَإِذَا أَمَرْتُكُمْ بِشَىْءٍ فَأْتُوا مِنْهُ مَا اسْتَطَعْتُمْ وَإِذَا نَهَيْتُكُمْ عَنْ شَىْءٍ فَدَعُوهُ ».

Wahai manusia, telah diwajibkan atas kalian berhaji maka berhajilah”, kemudian ada seorang bertanya: “Apakah setiap tahun Wahai Rasulullah?”, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam tidak menjawab sampai ditanya tiga kali, barulah setelah itu beliau menjawab: “Jika aku katakan: “Iya”, maka niscaya akan diwajibkan setiap tahun belum tentu kalian sanggup, maka biarkanlah apa yang sudah aku tinggalkan untuk kalian, karena sesungguhnya telah binasa orang-orang sebelum kalian, akibat banyaknya pertanyaan dan penyelisihan mereka terhadap nabi mereka, maka jika aku perintahkan kalian dengan sesuatu, kerjakanlah darinya sesuai dengan kemampuan kalian dan jika aku telah melarang kalian akan sesuatu maka tinggalkanlah”. (HR. Muslim)


  1. Hikmah haji
  1. Kepatuhan dan penyerahan kepada Allah semata.
Hikmah utama dari ibadah haji adalah sebagai bentuk Kepatuhan dan penyerahan diri kepada Allah. Ketika Allah memanggil kita, maka kita bergegas memenuhi panggilan tersebut walaupun harus menempuh perjalanan  jauh dengan mengeluarkan biaya yang tidak sedikit, meluangkan waktu yang sangat berharga dan meninggalkan keluarga dan harta benda. 
  1. Meningkatkan kedisiplinan.
Selama di tanah suci, jamaah haji dibiasakan untuk disiplin melaksanakan semua ritual haji dan sholat secara berjamaah di awal waktu dengan bersemangat. Kebiasaan disiplin tersebut diharapkan dapat melekat dalam kehidupan selanjutnya. Hasan al-Bashari berkata: Bersegerah, bersegeralah, sesungguhnya itulah napasmu, jika telah dihisab niscaya ia akan terputus darimu amal ibadahmu yang dengannya kamu mendekatkan diri kepada Allah swt, semoga Allah swt memberikan rahmat-Nya kepada seseorang yang merenungkan dirinya dan menangisi dosanya, kemudian ia membaca firman Allah swt:
karena sesungguhnya Kami hanya menghitung datangnya (hari siksaan) untuk mereka dengan perhitungan yang teliti” (QS. Maryam: 84),
Apakah ada obat mujarab untuk mengobati penyakit malas dalam melaksanakan rutinitas keta’atan? kematian, ingatlah kita semua akan berangkat meninggalkan dunia ini menuju suatu negeri yang akan dibalas padanya orang-orang yang berbuat baik dan yang berbuat jahat, apabila kita menginginkan untuk terus merasakan berkah hajimu, maka ingatkanlah dirimu dengan kematian, karena sesungguhnya ia pada saat itu akan segera untuk melaksanakan amal shalih dan giat dalam beribadah kepada Allah swt. Ibnu Umar ra berkata: [Apabila engkau berada di sore hari, maka janganlah menunggu hingga pagi, dan apabila engkau berada di pagi hari maka janganlah engkau menunggu hingga sore, ambilah kesempatan sehatmu untuk saat sakitmu, dan ambilah kesempatan hidupmu untuk saat matimu.  
  1. Senantiasa Mengingat Kematian
Umar bin Abdul Aziz rahimahullah berkata: [Kematian ini menahan penduduk dunia dari kenikmatan dunia dan perhiasaannya yang mereka nikmati, sehingga tatkala mereka dalam keadaan seperti itu kematian datang menjemputnya, maka celaka dan merugilah orang yang tidak takut mati dan tidak mengingatnya di saat senang sehingga dapat memberikan kebaikan yang akan didapatinya setelah ia meninggalkan dunia dan para penghuninya].
  1. Senantiasa memperbanyak berdo’a kepada Allah swt,
agar Dia selalu menetapkan kita dalam keta’atan,   meluruskan langkah dan senantiasa menjalani jalur agama-Nya yang benar. Rasulullah saw memperbanyak do’a kepada Allah swt agar menetapkannya di atas agama-Nya, Kebanyakan doa beliau adalah “Wahai Dzat Yang membolak-balikan hati, tetapkanlah hatiku berada diatas agama-Mu
  1. Motivasi peningkatan diri.
Ibadah haji akan menumbuhkan motivasi untuk memperbaiki diri. Seseorang yang bergelimang dosa, sering putus asa dengan dosa-dosanya sehingga sering merasa sudah terlanjur dengan dosanya. Dengan jaminan Allah bahwa Haji akan menghapus dosa, seolah-olah kita disegarkan kembali, sehingga akan termotivasi untuk menjaga diri agar tidak membuat dosa lagi.
  1. Menumbuhkan jiwa sabar
Kondisi yang dihadapi selama pelaksanaan ibadah haji akan menumbuhkan jiwa sabar. Dalam kondisi hampir 4 juta manusia berkumpul pada satu saat dan satu tempat maka fasilitas yang ada menjadi sangat terbatas. Setiap aktivitas membutuhkan kesabaran yang tinggi, mulai dari antri makan, ke toilet, dll.
Setelah berhaji kita harus sabar dalam keta’atan ketika meneruskan perjalanan hidup dan bersabar pula dalam meninggalkan maksiat, karena sesungguhnya bersabar dalam melaksanakan ibadah dan meninggalkan maksiat merupakan tingkatan sabar yang tertinggi. Sesungguhnya kesudahan bagi orang-orang yang bersabar adalah surga:
Dan orang-orang yang sabar karena mencari keridhaan Rabbnya, mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rejeki yang Kami berikan kepada mereka, secara sembunyi atau terang-terangan serta menolak kejahatan dengan kebaikan; orang-orang itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang baik), (yaitu) surga ‘Adn yang mereka masuk kedalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang saleh dari bapak-bapaknya, istri-istrinya dan anak cucunya, sedang malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu; (sambil mengucapkan):”Salamun ‘alaikum bima shabartum”.Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu” (QS. Ar-Ra’ad:22-24)
  1. Tujuan haji
  1. Menampakkan kerendahan dan ketundukan kepada Allah
Karena orang yang beribadah haji meninggalkan semua perhiasan dan sarana yang mewah. Dia hanya memakai baju ihram seperti sedang menampakkan kemiskinannya di hadapan Allah.Dia juga melupakan dunia dan semua kesibukannya, yang dalam kesehariannya merupakan hal yang mengganggu keikhlasannya kepada Allah. Kondisi itu menyebabkan dia berhak mendapatkan ampunan dan rahmt Allah. Kemudian dia duduk bersimpuh di Arafah sambil memanjatkan doa kepada Tuhannya, memuji-Nya, mensyukuri nikmat dan keutamaan-Nya, sambil memohon ampun atas segala dosa dan kesalahannya. 
  1. Mensyukuri Nikmat 
Bentuk mensyukuri nikmat dalam ibadah haji bisa dilihat dari dua sisi: pertama, mensyukuri nikmat harta kekayaan. Kedua, mensyukuri nikmat kesehatan anggota tubuh. Kedua hal itu merupakan puncak kenikmatan bagi seorang manusia ketika berada di dunia. Dalam prosesi ibadah haji, dua jenis nikmat ini sangat terasa dan harus disyukuri. Ketika berhaji, seseorang mengorbankan dirinya dan mengeluarkan hartanya untuk beribadah, mendekatkan diri kepada Allah Ι. Mensyukuri nikmat Allah memang wajib hukumnya. Hal ini bisa dipahami secara logis, selain memang hal itu diajarkan oleh Islam. 
  1. Muktamar Umat Islam
Umat Islam dari seluruh penjuru dunia berkumpul dalam ibadah haji. Maka terjadilah proses saling mengenal dan keakraban antara satu dengan yang lainnya. Semua jenis perbedaan antara yang kaya dan yang miskin; antara yang berkulit putih dan yang berkulit hitam, serta perbedaan bahasa mencair saat haji. Bahasa dalam ibadah haji menjadi sama, yaitu bahasa kebaikan dan ketakwaan, serta saling menasihati dengan kebenaran dan kesabaran. Tujuan akhirnya adalah mengaitkan antara sebab-sebab kehidupan dan sebab-sebab dari langit (yakni dikabulkannya doa). 
  1. Mengingatkan akan Hari Kiamat
Proses ibadah haji mengingatkan seorang muslim akan hari pertemuannya dengan Tuhannya, yaitu ketika dia sudah memakai pakaian ihram, kemudian dia wukuf di bukit Arafah. Dia melihat jutaan orang dengan pakaian putih menyerupai kain kafan. Dengan pemandangan seperti itu, dia akan ingat masa setelah dia meninggal dan akan membuatnya sungguh-sungguh menyiapkan bekal amal shalih sebelum dia bertemu dengan Allah. 
  1. Merefleksikan pengesaan Allah melalui ibadah lisan dan ibadah jasmaniah (perbuatan)
Syiar bagi orang yang beribadah haji adalah talbiyah (Labbaika allahumma labbaik, labbaika laa syarika laka labbaik, innal hamda, wan-ni’mata, laka wal mulku, laa syariika laka): aku sambut panggilan-Mu ya Allah, aku sambut panggilan-Mu, tiada Tuhan selain Engkau, aku sambut panggilan-Mu, sesungguhnya segala puji, nikmat dan kekuasaan hanya untuk-Mu, tidak ada sekutu bagi-Mu.  Karena itu, salah seorang sahabat Nabi menerangkan makna dari  sifat dan cara talbiyah nabi Muhammad ρ yaitu, “Syiarkanlah tauhid.” (HR. Muslim, no. 1218). Syiar tauhid sangat jelas dalam semua proses ibadah haji, baik dalam perbuatan dan perkataan. 
  1. Ibadah Ghairu Mahdhah
Yang dimaksud ibadah ghairu mahdhah berarti mencakup semua perilaku manusia yang hubungannya dengan sesama manusia, yaitu dalam semua aspek kehidupan yang sesuai dengan ketentuan Allah swt, yang dilakukan dengan ikhlas untuk mendapat ridho Allah swt. Atau sering disebut sebagai ibadah umum atau muamalah, yaitu segala sesuatu yang dicintai dan diridhoi oleh Allah baik berupa perkataan atau perbuatan, lahir maupun batin yang mencakup seluruh aspek kehidupan seperti aspek ekonomi, sosial, politik, budaya, seni dan pendidikan. Seperti qurban, pernikahan, jual beli, aqiqah, sadaqah, wakaf, warisan dan lain sebagainya.  Selain itu ibadah ghairu mahdhah adalah ibadah yang cara pelaksanaannya dapat direkayasa oleh manusia, artinya bentuknya dapat beragam dan mengikuti situasi dan kondisi, tetapi substansi ibadahnya tetap terjaga. Seperti perintah melaksanakan perdagangan dengan cara yang halal dan bersih.
Ibadah yang termasuk Ibadah Ghairu Mahdhah, adalah:
a.    I’tikaf
menurut bahasa adalah berdiam diri. Sedangkan merut istilah ialah berdiam diri di masjid untuk berdzikir kepada Allah.
  • Tujuan I’tikaf
  1. Memutus hubungan dengan manusia sedapat mungkin, sehingga khalwatnya (menyendiri) bersama Allah Azza Wa Jalla lebih sempurna.
  2. Memperbaiki hati semaksimal mungkin dengan menghadap Allah Tabaroka Wata’ala
  3. Memutus hubungan dan  mengkhususkan untuk shalat, berdoa, zikir dan tilawah Al-Qur’an
  4. Menjaga puasa dari semua yang dapat mempengaruhinya baik dari keinginan jiwa                                                 maupun (godaan) syahwat.
  5. Meminimalisir perkara mubah dari urusan dunia dan lebih banyak zuhud sedapat  mungkin.


  • Hikmah I’tikaf
Menurut Prof. DR. dr. H. Dadang Hawari., Sp.KJ. Guru Besar tetap Universitas Indonesia menyatakan bahwa hikmah i’tikaf adalah sebagai berikut :
    1. Meningkatkan daya tahan tubuh.
    2. Bermanfaat bagi kesehatan jiwa dimana batin menjadi lebih tenang dan bisa membangkitkan kekuatan baru.
    3. Menghidupkan kembali hati dengan selalu melaksanakan ketaatan dan ibadah kepada Allah SWT.
    4. Untuk merenungi masa lalu dan memikirkan hal-hal yang akan dilakukan di hari esok.
    5. Mendatangkan ketenangan, ketentraman dan cahaya yang menerangi hati yang penuh dosa.
    6. Mendatangkan berbagai macam kebaikan dari Allah SWT amalan-amalan kita akan diangkat dengan rahmat dan kasih sayangNya
    7. Orang yang beri’tikaf pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan akan terbebas dari dosa-dosa karena pada hari-hari itu salah satunya bertepatan dengan lailatul qadar.
b.    Wakaf
Wakaf menurut bahasa berarti menahan sedangkan  menurut istilah wakaf ialah memberikan suatu benda atau harta yang kekal zatnya kepada suatu badan yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat.
  • Tujuan Waqaf
    1. Memperbanyak harta untuk kemaslahatan umum dan khusus sehingga menjadikan pebuatan manusia tidak terpotong pahalanya hingga kematian datang.
    2. Pemberian wakaf itu merupakan sumber dari bersihnya hati yang tidak dicampuri oleh keraguan-keraguan, karena hal itu merupakan bukti danya kebaikan dan kedemawanan seseorang dengan rasa tulus dan ikhlas.
    3. Memperluas semua jalan yang bersumber pada kecintaan orang yang memberikan harta.
  • Hikmah Waqaf
      1. Menghilangkan sifat tamak dan kikir manusia atas harta yang dimilikinya.
      2. Menanamkan kesadaran bahwa di dalam setiap harta benda itu meski telah menjadi milik seseorang secara sah, tetapi masih ada di dalamnya harta agama yang mesti diserahkan sebagaimana halnya juga zakat.
      3. Menyadarkan seseorang bahwa kehidupan di akhirat memerlukan persiapan yang cukup . Maka persiapan bekal itu diantaranya adalah harta yang pernah diwakafkan.
      4. Dapat menopang dan mengerakan kehidupan sosial kemasyarakatan umat islam, baik aspek ekonomi, pendidikan, sosial budaya dan lainnya.
c.    Qurban
Qurban secara bahasa berarti dekat, sedang secara istilah adalah menyembelih hewan yang telah memenuhi syarat tertentu di dalam waktu tertentu yaitu bulan Dzulhijjah dengan niat ibadah guna mendekatkan diri kepada Allah.


  • Tujuan Qurban


1. Menjaga Fitrahnya tetap Suci
Firman Allah: “Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketaqwaan” QS. Asy Syam (91):8, Seseorang tidak akan pernah sampai kepada ketaqwaan dan tidak akan memperoleh keimanan yang sejati, bila kecintaannya kepada dunia mengalahkan kecintaannya kepada Allah SWT dan Rasulnya.
2. Menguji Tingkat Ketaqwaan
Allah SWT berfiman: “Adapun orang yang beriman, maka ia akan sangat cinta kepada Allah” QS Albaqarah (2):165. Jadi, Qurban yang makna dasarnya persembahan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT itu merupakan upaya untuk menggapai kasih sayang-Nya.
3. Memotivasi diri untuk memiliki harta dengan berkerja keras
Nabi Muhammad SAW sangat mengecam umatnya yang telah mampu berqurban, tetapi enggan untuk menunaikannya, hal ini tergambar dalam sabdanya:  “Siapa yang mendapati dirinya dalam keadaan lapang, lalu dia tidak berkurban, maka janganlah ia mendekati tempat sholat kami.” (HR. Ahmad dan Ibn Majah).
4. Berjiwa Sosial untuk berbagi dengan sesama
Dengan Syariat Qurban ini, kaum muslimin dilatih untuk meningkatkan rasa kemanusiaannya, mengasah kepekaannya dan menghidupkan hati nuraninya. Setiap muslim harus memiliki rasa perhatian, kepedulian, solidaritas, dan persaudaraan antara sesama.



  • Hikmah Berqurban
    1. Bersyukur kepada Allah atas nikmat hayat (kehidupan) yang diberikan.
    2. Menghidupkan ajaran Nabi Ibrahim –kholilullah (kekasih Allah)- ‘alaihis salaam yang ketika itu Allah memerintahkan beliau untuk menyembelih anak tercintanya sebagai tebusan yaitu Ismail ‘alaihis salaam ketika hari an nahr (Idul Adha).
    3. Agar setiap mukmin mengingat kesabaran Nabi Ibrahim dan Isma’il ‘alaihimas salaam, yang ini membuahkan ketaatan pada Allah dan kecintaan pada-Nya lebih dari diri sendiri dan anak. Pengorbanan seperti inilah yang menyebabkan lepasnya cobaan sehingga Isma’il pun berubah menjadi seekor domba. Jika setiap mukmin mengingat  kisah ini, seharusnya mereka mencontoh dalam bersabar ketika melakukan ketaatan pada Allah dan seharusnya mereka mendahulukan kecintaan Allah dari hawa nafsu dan syahwatnya.[6]
    4. Ibadah qurban lebih baik daripada bersedekah dengan uang yang senilai dengan hewan qurban. Ibnul Qayyim berkata, “Penyembelihan yang dilakukan di waktu mulia lebih afdhol daripada sedekah senilai penyembelihan tersebut. Oleh karenanya jika seseorang bersedekah untuk menggantikan kewajiban penyembelihan pada manasik tamattu’ dan qiron meskipun dengan sedekah yang bernilai berlipat ganda, tentu tidak bisa menyamai keutamaan udhiyah.”[7]

d.    Shadaqah dan Infaq
Shadaqah adalah memberikan sesuatu tanpa ada tukarannya karena mengharapkan pahala di akhirat.Sedangkan  Infaq berasal dari kata anfaqa yang berarti mengeluarkan sesuatu (harta) untuk kepentingan sesuatu. Menurut terminologi syariat, infaq berarti mengeluarkan sebagian dari harta atau pendapatan/penghasilan untuk suatu kepentingan yang diperintahkan Islam. Jika zakat ada nishabnya, infaq tidak mengenal nishab.
Allah berfirman dalam Q.S. Saba’:
قُلْ إِنَّ رَبِّي يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَيَقْدِرُ لَهُ وَمَا أَنْفَقْتُمْ مِنْ شَيْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهُ وَهُوَ خَيْرُ الرَّازِقِينَ
“Katakanlah: “Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan menyempitkan bagi (siapa yang dikehendaki-Nya)”. dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, Maka Alloh akan menggantinya dan Dia-lah pemberi rezki yang sebaik-baiknya.”(Saba’ : 39)
  • Tujuan Shodaqoh dan infaq  
  1. Mengangkat derajat fakir miskin dan membantunya ke luar dari kesulitan hidup dan penderitaan;
  2. Membantu pemecahan masalah yang dihadapi oleh gharim, ibnussabil, dan mustahiq dan lain-lainnya;
  3. Membentangkan dan membina tali persaudaraan sesama umat Islam dan manusia pada umumnya;
  4. Menghilangkan sifat kikir, dengki dan isi hati;
  5. Menjembatani juang pemisaH antara yang kaya dengan yang miskin;
  6. Mengembangkan rasa tanggungjawab sosial pada diri seseorang, terutama pada mereka yang mempunyai harta;
  7. Mendidik manusia untuk disiplin menunaikan kewajiban dan menyerahkan hak orang lain yang ada padanya.
  8. Membantu negara untuk memberantas kemiskinan atau mensejahterakan masyarakat;
  9. Sarana pemerataan pendapatan (rezeki) untuk mencapai keadilan sosial.[2]
  • Hikmah Shodaqah
  1. Sedekah digandakan 700 kali ganda.
    Fadhilah bagi orang yang bersedekah amat besar sebagai mana terdapat keterangan di dalam al-Quran dan hadits. Jika kita amati ayat al-Quran berikut, kita akan dapat mengira bahawa sekurang-kurangnya setiap harta yang dikeluarkan ke jalan Allah akan dibalas dengan perkiraan melebihi 700 kalinya. Selain itu, mereka dijanjikan dengan kehidupan yang mudah:
    Allah Ta’ala berfirman: “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh butir, pada tiap-tiap butir seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki . Dan Allah maha luas (kurnia-Nya) lagi maha mengetahui” . (Al Baqarah (2) : 261)
  2. Allah Lipat-gandakan Ganjaran orang yang Bersedekah.
    “Sesungguhnya orang-orang yang bersedekah baik laki-laki mahupun perempuan dan meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya akan dilipat-gandakan (ganjarannya) kepada mereka; dan bagi mereka pahala yang banyak.” (Qs. Al Hadid: 18)
  3. Rezeki dimurahkan Allah s.w.t.
    Firman Allah s.w.t.: “Dan barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah, pasti akan ditunjuki kepada mereka jalan keluar. Dan diberi rezeki kepada mereka daripada jalan yang tidak disangka-sangka. Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah, maka Allah akan mencukupi baginya”. (At-Talaq:2-3)
    Di dunia, mereka yang bersedekah akan dimurahkan rezeki oleh Allah dalam kehidupannya. Faedah ini dijelaskan oleh Jabir Abdullah katanya: “Rasulullah berucap kepada kami, sabdanya: Wahai umat manusia, bertaubatlah kepada Allah sebelum kamu mati dan segeralah mengerjakan amal salih sebelum kamu sibuk (dengan yang lain), dan jalinkanlah hubungan di antara kamu dengan Tuhan kamu dengan sentiasa mengingatinya (berzikir) dan banyakkan bersedekah secara bersembunyi atau terang-terangan, niscaya kamu diberi rezeki yang banyak, diberi kemenangan (terhadap musuh) dan digantikan dengan apa yang kamu dermakan itu dengan balasan yang berganda-ganda.” (Hadis riwayat Ibnu Majah)
  4. Keberkahan Dalam Rezeki.
    Kekayaan tidak membawa arti tanpa ada keberkahan. Dengan adanya  keberkahan, harta / rezeki yang sedikit akan dirasakan seolah-olah banyak dan mencukupi. Sebaliknya tanpa keberkahan akan dirasakan sempit dan susah meskipun banyak harta.
  5. Kaya Jiwa
    Kekayaan bukanlah sesuatu yang harus diidam-idamkan oleh seseorang Islam karena kekayaan bisa membawa kerusakan kepada seseorang sekiranya tidak menurut jalan yang benar. Islam lebih melihat kekayaan dari segi kekayaan jiwa. Hadis riwayat Abu Hurairah r.a.: Aku mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: Kekayaan itu bukanlah karena mempunyai banyak harta tetapi kekayaan yang sebenarnya adalah kekayaan jiwa. (Sahih Muslim.)
    Dari aspek harta-benda, kekayaan jika disalurkan ke jalan yang benar akan memberi seseoang pahala yang banyak, terutamanya jika digunakan untuk bersedekah.
    e.    Aqiqah
    Aqiqah dalam bahasa arab berarti rambut yang tumbuh di kepala anak/bayi. Istilah aqiqah kemudian dipergunakan untuk pengertian penyembelihan hewan sehubungan kelahiran bayi.
  • Tujuan Aqiqah
  1. Aqiqah merupakan kurban untuk mendekatkan diri kepada Allah, yang ditujukan pahalanya untuk bayi yang baru lahir ke dunia.
  2. Aqiqah merupakan alat untuk melepas gadaian (ikatan) pada si bayi yang baru dilahirkan. Sebab seorang anak dalam keadaan tergadai (terikat) dengan akikahnya. Menurut Imam Ahmad, maksud tergadai disini adalah tertahannya syafaat sang anak untuk kedua orangtuanya.
  3. Aqiqah merupakan fidyah (tebusan) untuk menebus si anak, sebagaimana Allah Subhanahuwa Ta’ala menebus Isma’il yang akan disembelih dengan seekor kambing yang sangat besar. Nabi mengatakan bahwa hewan yang disembelih untuk seorang bayi seyogyanya bertujuan untuk ibadah, seperti kurban dan hadyu (binatang yang disembelih oleh jamaah haji).
  • Hikmah Aqiqah
  1. Menghidupkan sunnah Nabi Muhammad Shallallahu alahi wa sallam dalam meneladani Nabiyyullah Ibrahim alaihissalam tatkala Allah Subhanahu wa Ta’ala menebus putra Ibrahim yang tercinta Ismail alaihissalam.
  2. Dalam aqiqah ini mengandung unsur perlindungan dari syaitan yang dapat mengganggu anak yang terlahir itu, dan ini sesuai dengan makna hadits, yang artinya: “Setiap anak itu tergadai dengan aqiqahnya.”. Sehingga Anak yang telah ditunaikan aqiqahnya insya Allah lebih terlindung dari gangguan syaithan yang sering mengganggu anak-anak. Hal inilah yang dimaksud oleh Al Imam Ibunu Al Qayyim Al Jauziyah “bahwa lepasnya dia dari syaithan tergadai oleh aqiqahnya”.
  3. Aqiqah merupakan tebusan hutang anak untuk memberikan syafaat bagi kedua orang tuanya kelak pada hari perhitungan. Sebagaimana Imam Ahmad mengatakan: “Dia tergadai dari memberikan Syafaat bagi kedua orang tuanya (dengan aqiqahnya)”.
  4. Merupakan bentuk taqarrub (pendekatan diri) kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala sekaligus sebagai wujud rasa syukur atas karunia yang dianugerahkan Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan lahirnya sang anak.
  5. Aqiqah sebagai sarana menampakkan rasa gembira dalam melaksanakan syari’at Islam & bertambahnya keturunan mukmin yang akan memperbanyak umat Rasulullah SAW pada hari kiamat.
  6. Aqiqah memperkuat ukhuwah (persaudaraan) diantara masyarakat.

















PENUTUP
A.Kesimpulan
  1. ibadah adalah setiap aktivitas muslim yang dilakukan ikhlas hanya untuk mengharap ridha Allah swt, penuh rasa cinta dan sesuai dengan aturan Allah dan Rasul-Nya. 
  2. Ibadah dibagi menjadi 2 yaitu mahdhah dan ghoiru mahdhah.
  3. dengan ibadah mahdhah adalah hubungan manusia dengan Tuhannya, yaitu hubungan yang akrab dan suci antara seorang muslim dengan Allah SWT yang bersifat ritual (peribadatan).Seperti Sholat, puasa, haji,dll.
  4. ibadah ghairu mahdhah berarti mencakup semua perilaku manusia yang hubungannya dengan sesama manusia, yaitu dalam semua aspek kehidupan yang sesuai dengan ketentuan Allah swt, yang dilakukan dengan ikhlas untuk mendapat ridho Allah swt.Seperti I’tikaf, Aqiqah, Infaq,dll.


















DAFTAR PUSTAKA
Abuddin nata.,Prof.Dr,metodologi studi islam, Rajawali press, 2014









0 komentar:

Posting Komentar